Penyakit BSR yang disebabkan Ganoderma sampai saat ini belum ada obatnya, baru bisa diupayakan dengan pengendalian menggunakan Agen Biokontrol berupa jamur Trichoderma spp.
Badan buah Ganoderma pada tanaman Kelapa sawit
Sekarang ini Penyakit Busuk Pangkal Batang yang disebabkan jamur Ganoderma pada kelapa sawit telah menjadi ancaman utama dan terbesar penyebab menurunnya produktifitas hasil perkebunan kelapa sawit. Seperti kita ketahui penyakit ini akan sangat berbahaya jika didiamkan, karena pada akhirnya bisa membuat matinya tanaman kelapa sawit. Pada dasarnya ada dua proses dampak dari penyakit ini, yakni proses lambat dan cepat. Dimana pada proses lambat, tanaman sawit akan memiliki ciri-ciri fisik seperti daun yang memendek dan kering, serta tandan buah segar yang dihasilkan akan berkurang, dan akhirnya akan membuat pohon sawit tersebut tumbang. Sedangkan jika proses cepat yang terjadi tanaman akan tumbang tanpa adanya gejala pada daun dan buah.
Awalnya, penyakit ini kurang mendapat perhatian serius karena pada umumnya hanya menyerang tanaman yang sudah memasuki usia tidak produktif, sehingga sering diartikan sebagai tanda untuk meremajakan kebun. Namun belakangan ini, keberadaan penyakit ini sudah dianggap semakin serius, bahkan telah menjadi momok tersendiri karena sudah mulai menyerang tanaman yang sangat produktif. Dilihat dari intensitasnya, serangan penyakit ini sudah dianggap sebagai penyakit utama di industri perkebunan kelapa sawit.
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat langsung membasmi penyakit akibat jamur Ganoderma ini, semua upaya masih bersifat preventif. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dan terus mencari cara untuk menanggulangi kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit BSR (Bassal Stalk Root) ini dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan menggunakan agen biokontrol berupa jamur antagonis jenis Trichoderma spp.
Upaya-upaya pencegahan penyakit BSR ini semakin marak dilakukan oleh pengusaha-pengusaha perkebunan kelapa sawit dengan menambah populasi agen biokontrol berupa Trichoderma spp. terutama pada saat proses replanting dan pada tanaman-tanaman yang belum terserang Ganoderma.
Mengingat dampak dari penyakit ini Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan pun terus melakukan bayak penelitian serta percobaan untuk memerangi atau setidaknya mencegah dan menekan penularan penyakit ini, kerja keras mereka ahirnya membuahkan hasil dengan terciptanya sebuah formula dengan nama Marfu-P, yang produksinya dipercayakan kepada PT. Bio Industri Nusantara. Marfu-P berisi 2 jenis jamur yaitu Trichoderma koningii dan Trichoderma harzianum, keduanya adalah jamur antagonis terhadap Ganoderma yang bersifat kosmopolit dan memiliki efektifitas yang tinggi, baik dalam daya juang dalam menguasaan wilayah, proteksi terhadap tanaman, maupun daya serang terhadap jamur antagonisnya.
Berikut ini adalah pembuktian pengaruh penggunaan agen biokontrol secara invitro yang dilakukan di laboratorium PT. Bio Industri Nusantara :
:
Proses isolasi jamur Ganoderma dari badan buah yang ada pada pangkal batang tanaman kelapa sawit hingga mendapat isolate murni untuk di uji antagonis dengan Trichoderma spp.
Gbr. 1 Gbr.2 Gbr.3
Pertumbuhan Ganoderma sp. pada media jamur nampak tidak terkendali, karena tidak ada hambatan dari agen biokontrol Trichoderma spp. (Gbr. 1 inkubasi 7 hari, Gbr.2 inkubasi 16 hari dan Gbr.3 inkubasi 37 hari)
Gbr. 1 Gbr.2 Gbr.3 Gbr.4
Uji antagonis antara Ganoderma sp. vs 3 jenis Trichoderma spp. (T. koningii, T. Harzianum & T. viridae), Ganoderma nampak tidak bisa tumbuh, karena Trichoderma spp. sudah terlebih dahulu menguasai media. (Gbr.1: inkubasi 1 hari, Gbr.2 : inkubasi 8 hari, Gbr.3 : inkubasi 16 hari, Gbr.4 : inkubasi 37 hari).
#ir
